Rabu, 29 April 2009

KEJUJURAN BAGAIKAN MATA UANG

wall of motivation
Oleh : Hendra S Kramajaya
300409


Sejak kapan kejujuran menjadi mata uang?,sejak manusia mengukur segala segala sesuatu dengan materi dan keberhasilan didunia. Bukankah salah satu syarat sebuah mata uang adalah harus mampu dipertukarkan?, siapa bilang kejujuran tidak mampu dipertukarkan, kejujuran memiliki makna yang lebih luas bukan sekedar mampu dipertukarkan, kejujuran mampu menjadi bekal kemana saja kita pergi, kemanapun kita pergi bekal berupa kejujuran mampu membawa kita menuju tujuan yang mulia, kejujuran ibarat peta dan kompas penunjuk arah dan lokasi, kejujuran bahkan mampu menjadi rompi anti celaka jika anda selalu menggunakanya. Membawa bekal mata uang kejujuran harus digunakan dengan sikap yang bijaksana dan cerdas karena inti dari bijaksana dan cerdas adalah kejujuran itu sendiri.
Para pengusaha yang sukses dalam karier dan kehidupan tahu betul tentang prinsip kejujuran, mereka menjadikannya pelita hati dalam berbisnis. Hati yang diterangi pelita kejujuran akan menebarkan air muka yang teduh dan menentramkan, kata kata yang terucapun bagaikan mantra hipnotis bagi lawan bicara karena kata yang dikeluarkan adalah bahasa hati, tentu anda semua tahu bahwa bahasa hati adalah bahasa yang diterima secara universal dimanapun anda bicara lawan bicara pasti akan memahaminya. Banyak juga sebenarnya para pengusaha yang sukses dalam karier yang tidak menyematkan kejujuran dalam hati akibatnya mereka tidak sukses dalam kehidupan hal ini berarti bahwa sesungguhnya mereka tidak sukses secara utuh, mereka melakukan tradeoff mengorbankan kesuksesan karier atau usaha namun mengorbankan kesuksesan kehidupan, padahal kesuksesan kehidupan merupakan salah satu jembatan kesuksesan dialam keabadian, alam akhirat.
Muhammad yang seorang nabi umat muslim namun juga seorang pengusaha, pengusaha yang sukses dan syarat utama kesuksesannya adalah prinsip kejujuran, beliau selalu memberi tahu calon pembelinya tentang kondisi barang yang akan dijualnya misalnya kondisi kekurangan dan kelebihanya. Prinsip kejujuran ini memiliki sedikitnya tiga implikasi, yang pertama adalah dari sudut pandang penjual.penjual akan merasa puas didalam hati karena terdapat saling pengertian dan keterbukaan mengenai barang yang dijual kepada pembeli sehingga tidak ada rasa bersalah telah menjual barang dengan kondisi barang tertentu.implikasi kedua,bagi pembeli, pembeli tidak akan merasa kecewa dengan barang yang dibelinya karena dia tahu betul mengenai kondisi barang yang dibelinya sehingga dia iklas ketika mengeluarkan uang untuk membeli barang itu..dan yang ketiga adalah terjadinya rasa puas dan tenteram antara penjual dan pembeli terhadap transaksi yang mereka lakukan dan implikasi ketiga ini mampu memberikan efek yang baik bagi kelangsungan bisnis bagi penjual.
Dengan kejujuran anda tidak perlu mengingat-ingat apapun yang anda katakan. Karena apa yang anda katakan dengan jujur akan tersimpan dalam perekam yang luar biasa kuat yaitu nurani, artinya anda mengatakan apa adanya tentang kondisi tertentu yang membutuhkan ungkapan anda dalam kata-kata sehingga penilaian yang anda lakukan adalah penilaian yang sebenarnya sudah melekat dalam diri anda dan siapa sejatinya anda.
Kejujuran memberi anda penghargaan yang setimpal, anda mungkin akan merangkul kenikmatan dan kepuasan dunia dalam waktu yang sesaat ketika anda melepaskan baju kejujuran anda. Namun dalam jangka panjang anda akan menyesal bahwa kenikmatan yang anda peroleh mengerucut menjadi bencana bagi anda sehingga anda akan sangat menyesal melepas baju kejujuran yang dulu anda pernah pakai, anda akan rindu dengan harumnya baju itu dan rasa tenteram ketika memakai baju itu. Penghargaan atas kejujuran adalah menjadikan anda menjadi orang yang lapang dada dan merasa bahwa kebahagiaan yang anda miliki saat ini adalah karena berkembangnya sikap sikap kejujuran dalam diri anda. Karena kejujuran bersifat berkembang dan membentuk selimut yang menentramkan hati anda.Itulah penghargaaan yang setimpal dari kejujuran yaitu kenikmatan sejati.
Kejujuran tidak lekang oleh musim, karena ia tidak mengenalnya. Anda harus jujur pada setiap musim, sampaikan dengan bijaksana dan pilih kata dengan hati hati. Dimanapun ruang dan waktu selalu ada kejujuran sehingga kejujuran adalah sebuah materi dari ruang dan waktu itu sendiri, ia tidak layak hanya berada disatu tempat, namun dimana saja karena kejujuran adalah bawaan lahir dari manusia yang diberikan Tuhan untuk menentramkan hati dan lingkungan yang ada disekitar manusia yang menggunakannya. Kejujuran adalah sebuah piala dari tuhan yang dijadikan pelita dan suar bagi manusia dimanapun tempat dan waktu ia akan terangi kita sehingga kita selalu merasa luas pandangan dan segar dalam tiap hirupan nafas, karena ia akan memberi nafas kehidupan bagi anda, anda akan merasa hidup dan mengerti sejatinya apa tujuan hidup.Jadi sangat sederhana sebenarnya mantra dan mata uang untuk bekal kita dalam hidup ini yaitu kejujuran.

Kamis, 29 Januari 2009

Hunger Paradox di negeri Yavadwipa

Hendra Subiyanto, S.E
Rumah BaikHati Consultant., Pemerhati sosial dan ekonomi, tinggal di Semarang, E-Mail: rumahbaikhati@yahoo.co.id
Hunger Paradox di negeri Yavadwipa
Melambungnya harga beras dunia akan menyumbang inflasi terbesar pada tahun ini dan akan menyiksa 2,5 miliar penduduk negara berkembang yang bergantung pada beras, termasuk Indonesia. Food and Agriculture Organisation (FAO) pada tahun 2007 melaporkan bahwa pada saat ini penduduk dunia mengalami kekurangan pangan dan mengancam menurunnya tingkat kesehatan, kecerdasan, bahkan kelangsungan hidup umat manusia. FAO juga membandingkan ketersediaan pangan pada tahun 1999 dengan tahun 2006, stok pangan pada tahun 1999 mencapai 116 hari, sedangkan tahun 2006 maksimal hanya 57 hari. Jika prediksi akan kebutuhan beras global pada tahun 2025 diperkirakan 800 juta ton per tahun, sedangkan kemampuan produksi beras global kurang dari 600 juta ton per tahun, maka jelas harga komoditas beras akan makin sulit dijangkau. Kondisi ini semakin mengkhawatirkan bagi Indonesia karena berbagai faktor diantaranya adalah gagal panen dibeberapa lumbung padi nasional. Mengacu laporan dari Departemen Pertanian Nasional (2008) di pulau Jawa sebagai sentra pemasok 65 persen produksi beras nasional telah mengalami gagal panen karena banjir dan banjir telah merusak tidak kurang 66.276 hektar lahan tanaman padi.
Fakta menunjukan bahwa Indonesia di tingkat dunia menempati posisi sebagai negara terbesar di dunia dalam mengkonsumsi beras, untuk tahun 2008 Perum Bulog memperkirakan kebutuhan beras nasional sejumlah 2,8 juta-3 juta ton per tahun (kompas, 24/03/08). Tingginya konsumsi beras mengakibatkan beras yang dihasilkan setiap tahun, tidak mencukupi kebutuhan nasional. Konsumsi beras yang sangat tinggi ini tanpa sadar didorong oleh usaha pemerintahan pada awal orde baru yang meninggikan gengsi beras, walau kemudian sempat dikoreksi dengan Program Diversifikasi Pangan dan Gizi. Pada masa itu pemerintah mencoba mengubah pola konsumsi bahan pangan asli penduduk, misalnya jagung di Madura dan sebagian daerah di pulau Jawa, sagu di Maluku, talas dan ubi di Papua. Akibatnya, konsumsi beras per kapita terus meningkat.
Pangan Alternatif
Pemerintah bisa mengupayakan sistem ketahanan pangan (food security) yang berbasis pada keragaman sumber daya bahan pangan dan perlu mengubah paradigma bahwa beras adalah makanan utama karena Indonesia memiliki banyak sumber pangan lain. Dahulu Bung Karno kerap mengundang wartawan dan diplomat asing untuk sarapan bersama di Istana Negara dengan menu ubi dan singkong untuk membuktikan beras bukan segalanya bagi rakyat Indonesia. Sejarah juga membuktikan pulau Jawa dikenal dengan sebutan Yavadwipa berasal dari bahasa Sanskrit. Yava berarti barley. Barley merupakan sejenis bahan pangan yang bisa diproses seperti halnya beras maupun gandum. Perbandingan yang menarik mengenai barley dengan bahan pangan lain yaitu: bila kita baru merasa kenyang dengan makan 4 potong roti terigu atau 3 potong roti gandum namun dengan barley cukup 1 potong roti saja. Bahkan dahulu India pernah mengimpor barley dari Jawa ketika kelembaban di India meningkat drastis. Barley juga sangat efektif untuk mengurangi gejala rematik maupun masuk angin yang sering kali menjadi keluhan orang Indonesia. Namun karena warna barley ketika diolah menjadi roti tidak seputih bahan dari terigu dan gandum maka roti barley menjadi kurang diminati.
Memang benar mensubtitusi beras dengan sumber makanan pokok lainnya adalah urusan yang sangat panjang, sepanjang peradaban bangsa ini. Serta kelangkaan beras oleh sebagian kalangan dikatakan sebagai amunisi yang dahsyat bagi pecahnya revolusi dari kalangan miskin. Pada tahun 1966, salah satu amanat tritura adalah turunkan harga, termasuk harga beras, Bung Karno jatuh bisa dikatakan karena keadaan perberasan. Demikian pula dengan pemerintahan Pak Harto jatuh karena melonjaknya harga beras yang berlipat ganda. Sejarah juga mencatat kerajaan Jawa ketika pemerintahan Amangkurat I di Mataram jatuh karena masalah pangan, khususnya beras, karena masa paceklik yang panjang menyebabkan kurangnya persediaan beras pada zaman itu. Oleh karena itu pula beras dapat dianggap mewakili bentuk ekonomi Indonesia secara umum, karena pengaruhnya dalam bidang ekonomi dan politik sangat besar.
Pertanyaannya adalah, apakah bangsa ini tidak bersedia belajar dari sejarah perberasan, apakah setiap pemerintahan akan runtuh karena perberasan? Jawabannya adalah meskipun urusan subtitusi beras adalah urusan yang sangat panjang, sepanjang peradaban bangsa ini, bangsa ini harus melakukan langkah awal untuk berubah meninggalkan status quo perberasan. Seperti kata Sir Isaac Newton bahwa benda cenderung menyukai status quo, enggan untuk bergerak. Padahal sebuah kemajuan akan tercapai jika kita bersedia untuk bergerak dan berubah posisi. Langkah awal perubahan posisi adalah merubah dominasi ketergantungan pada satu jenis bahan pangan secara bertahap sehingga kasus hunger paradox tidak perlu tejadi di Indonesia karena subtitusi beras seperti jagung, ubi, singkong dan barley menjadi bahan pangan yang mampu mencukupi ketersedian kalori dan protein diatas kebutuhan gizi sehingga gizi buruk dan busung lapar hilang dari kamus bahasa Indonesia.


Negeri Baru
Pada dasarnya petani selalu dalam posisi lemah, meskipun harga beras dunia melambung tinggi, kita bisa menyimak berita nasional bahwa selalu terjadi ironi bahwa harga gabah dibeberapa daerah mengalami penurunan. Dalam hal ini regulasi dari pemerintah sangat diperlukan dan direpresentasikan pada suatu badan seperti Perum Bulog karena jika melihat kondisi yang ironi seperti ini tidak mustahil petani akan enggan dan berhenti menanam padi. Badan yang meregulasi dan menangani bahan pangan pokok telah dimulai di Indonesia sejak zaman pemerintahan Hindia-Belanda dengan dibentuknya Voeding Middelen Fonds (VMF) Kemudian selama masa pendudukan Jepang diubah menjadi Sangyobu-Nanyo Kohatsu Kaisa.
Selain mengupayakan regulasi sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumber daya bahan pangan pemerintah harus melakukan perlindungan untuk kaum petani dan memajukan sistem pertanian padi sehingga bisa seiring-sejalan antara langkah perubahan untuk kemajuan keragaman sumber daya bahan pangan dan upaya food security. Perubahan paradigma dalam sumber daya pangan nasional dan sistem politik pertanian yang tegas dan konsisten menciptakan Indonesia yang mandiri dalam food security dan menciptakan generasi Indonesia yang tangguh. Cita-cita kemerdekaan yang hakiki seperti pidato Bung Hatta bahwa kemerdekaan berarti mempunyai kekuasaan sendiri, dan dengan kekuasaan itu bangsa ini bisa mengerahkan segenap daya dan upaya untuk mewujudkan keadilan dan kemakmuran negeri ini, kemakmuran bukan hanya dalam arti fisik, tapi juga rohani(Kumpulan Pidato III, Inti Daya Press).
Inilah kondisi negeri baru yang mahardhika yang diimpikan para founding father, Indonesia yang tangguh, penuh optimisme, sebagai mercusuar dunia, mampu dalam kemandirian hidup, kebebasan yang bertanggung jawab. Namun semuanya jangan sampai runtuh dari kejayaan dan impian, menjadi puing-puing sinisme dan keputusasaan hanya karena anak bangsa yang telah mahardhika secara politik (political independence) tiada mampu mengelola ketahanan pangan nasional.Bangkitlah Bangsaku!!